KEGIATAN DAN PELAYANAN

Senin, 29 September 2014

Persahabatan dengan dunia...

* Yakobus 4:1-10 Hawa nafsu dan persahabatan dengan dunia 4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? 4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. 4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. 4:5 Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" 4:6 Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." 4:7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! 4:8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! 4:9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. 4:10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu. Sesungguhnya apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Ayat ini sangat keras. Yakobus secara harfiah menyebut para pembacanya "orang-orang yang tidak setia". Hal ini tidak berarti ia hanya menujukan perkataannya kepada para wanita, tetapi ia ingin kita melihat bahwa ia meminjam bahasa Perjanjian Lama. Perjanjian Lama menggambarkan Israel sebagai mempelai perempuan Allah yang ingin memiliki "kekasih-kekasih" lain (perzinahan rohani), dan mendapatkan rasa aman dengan menyembah dewa-dewa lain dan kuasa kegelapan (lihat Yesaya 1:21; Yeremia 3, Hosea 1-3). Berdasarkan istilah mempelai Kristus dalam Perjanjian Baru (2Korintus 11:2; Efesus 5:22-24; Wahyu 19; 21), meminjam bahasa di atas untuk Perjanjian Baru merupakan tindakan yang cukup tepat. "Kekasih-kekasih lain" dalam pengertian ini adalah "dunia", yaitu nilai-nilai dan tujuan dari budaya mereka.[1] Orang-orang Kristen yang dimaksudkan oleh Yakobus ingin berhasil dan mendapatkan kedudukan dalam masyarakat, tetapi secara bersamaan mereka adalah para pengikut Yesus. Hal ini serupa dengan apa yang dilakukan bangsa Israel, yaitu mencoba untuk melayani YHVH sekaligus Baal. Israel, khususnya kerajaan Yehuda, tidak pernah memiliki pemikiran untuk berhenti menyembah YHVH. Semua upacara mereka dirayakan dengan seharusnya, dan mereka juga mempersembahkan korban bakaran. Mereka mempekerjakan para imam untuk melakukan hal tersebut. Tetapi pada saat yang sarna umat Israel melayani Baal (dan dewa-dewa lain), bahkan mereka membangun altar di pelataran Bait Allah. Demikian pula orang-orang Kristen yang dimaksudkan oleh Yakobus berusaha untuk mendapatkan kedudukan di dunia, bahkan di antara jemaat (Yakobus 4:1-2; bandingkan 2:2-4). Yesus menggambarkan situasi yang serupa ketika Dia mengatakan, "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Matius 6:24) [2]. Masalahnya bukanlah sebaik apa kita dapat melayani seorang majikan, tetapi kita tidak dapat melayani dua majikan. Hal ini tidak mungkin. Pertama karena tenaga manusia itu terbatas. Jika Anda sangat memperhatikan kepentingan Anda, maka Anda tidak akan memiliki cukup tenaga untuk mementingkan Allah dan nilai-nilainya. Jika Anda mementingkan Allah, [3] maka pada saat yang bersamaan Anda tidak akan memiliki cukup tenaga untuk menghargai nilai-nilai yang ada di sekitar Anda. Kita menyatakan apa yang kita hargai melalui pemanfaatan waktu, tenaga, dan uang kita. Kita memiliki semua itu dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan apa yang menjadi perhatian kita. Jika kita mementingkan salah satu aspek, kita tidak dapat mementingkan yang lainnya.[4] Selanjutnya, kita tidak mungkin melayani keduanya karena keduanya merupakan kekasih yang pencemburu. Sepanjang Perjanjian Lama, Allah menggambarkan diri-Nya sebagai Pribadi yang menuntut kesetiaan mutlak. Dia adalah seorang suami yang tidak akan membagi istri-Nya dengan orang lain, meskipun hal tersebut hanya terjadi ketika Dia pergi bekeja! Demikian pula Baal (maupun dewa-dewa lainnya) semakin lama memiliki tuntutan yang semakin besar. Perjanjian semula untuk melayani dua tuan perlahan-lahan bergeser menjadi melayani Baal saja karena Baal menyita begitu banyak perhatian sehingga penyembahan kepada YHVH mulai diabaikan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengungkapkan tuntutan Allah secara mutlak ketika Ia berbicara tentang memikul salib dan mengikut Dia[5]. Seseorang yang akan mengalami kematian di salib telah mempertaruhkan segalanya-kekayaan, reputasi, bahkan kehidupan itu sendiri-sehingga menyebabkan kematiannya: terlepas dari hal itu tidak ada masa depan. Penyerahan sepenuhnya inilah yang dituntut Yesus dan semua pengikut-Nya. Karena alasan di atas, Perjanjian Baru tidak berbicara tentang persepuluhan - Allah menginginkan seluruh hidup kita (lihat 2Korintus 8:2-5). Yang dilakukan Yakobus semata-mata adalah meminta para pembacanya untuk menyerahkan diri secara total. Dalam ayat-ayat sebelumnya kita mendapati bahwa para pembaca menggunakan dua cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. yang pertama dengan perselisihan, hal ini dapat terjadi di dunia sekuler maupun rohani, contohnya seseorang demi mendapatkan simpati atau kedudukan dari atasannya rela melakukan apa saja, dengan carmuk (cari muka) caper (cari perhatian) atau ABS (asal bapak senang) demi mencapai tujuan seseorang dapat menghalalkan segala cara, dengan meyingkirnya setiap orang yang akan menjadi pesaingnya... atau menimbulkan perpecahan satu dengan yang lainnya, jika perlu menfitnah dan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan atau kedudukan dalam pekerjaan, gereja, istitusi bahkan dalam jemaat Kristen. Kedua, mereka berdoa. Tetapi Yakobus menambahkan bahwa mereka tidak mendapatkan jawaban atas doa mereka. Hal ini disebabkan mereka berusaha memanfaatkan Allah untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Allah menjadi "ayah yang baik" yang mereka manfaatkan untuk memenuhi keinginan mereka, tetapi yang sesungguhnya mereka layani bukanlah Allah melainkan keinginan itu. Kedua strategi ini, yaitu saling bersaing dan doa yang penuh manipulasi, menunjukkan bahwa mereka mementingkan dunia ini. Cara pertama jelas merupakan perselisihan yang bersifat langsung dan terbuka, sedangkan cara kedua terdengar sangat saleh. Meskipun demiikian, komitmen yang mendasari dan akibat yang ditimbulkan sama. Ketika terjadi penindasan, komitmen mereka adalah pada nilai-nilai budaya mereka, bukan pada Allah. Dengan demikian ayat ini merupakan sebuah peringatan. Mereka telah menjadi musuh Allah karena mereka mementingkan dunia. Apakah masih ada harapan? Ayat berikutnya memberitahu kita bahwa Allah memang pencemburu, tetapi kemudian Yakobus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa Allah memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang murah hati. Masih ada harapan jika mereka mau merendahkan diri dan bertobat. Allah siap memberikan anugerah-Nya kepada mereka. Dapatkah seseorang memiliki karier dan sekaligus melayani Allah? Jawaban Yakobus adalah tidak. Karir atau pekerjaan setiap orang Kristen adalah melayani Allah. Seseorang dapat melayani Allah melalui pekerjaan tertentu, tetapi pekerjaan itu tidak boleh menjadi perhatian yang utama jika orang tersebut benar-benar melayani Allah (dan bukan menjadi musuh Allah). Bagaimana kita dapat membedakan keduanya? Dengan mengamati apa yang terjadi jika timbul konflik nilai (Konflik itu mungkin mengenai moralitas pribadi, tetapi lebih sering konflik tersebut membahas moralitas dan tujuan secara umum atau komitmen terhadap pekerjaan, misalnya apakah seseorang bersedia pindah pekerjaan). Apakah seseorang mau berkompromi dan melakukan apa yang diharapkan orang banyak (atau budaya yang akademis atau profesional): Ataukah orang itu bersedia kehilangan kedudukan dalam pekerjaannya karena menolak untuk berkompromi? Keputusan ini menunjukkan siapa yang sesungguhnya mereka layani. Jika demikian, apakah ini merupakan gaya hidup yang tidak mementingkan dunia? Jawaban Yakobus adalah ya. Tentu saja yang dimaksudkannya bukanlah manusia tidak memiliki pengaruh yang praktis dan nyata terhadap dunia (khususnya karena memperhatikan kepentingan orang miskin merupakan bagian yang sangat penting dari tulisannya). Sebaliknya yang dimaksudkannya adalah bahwa seluruh kehidupan dan gaya hidup seseorang ditentukan oleh komitmennya kepada Kristus. Satu-satunya ganjaran yang benar-benar berarti adalah yang berasal dari Kristus. Nilai-nilai yang dihargai seseorang adalah nilai-nilai Kristus. Bagi Yakobus, ini bukan merupakan tahap khusus dari kekristenan; melainkan kekristenan yang murni dan sederhana. Ayat yang terdapat dalam Kitab Yakobus di atas termasuk dalam ucapan yang sulit, tetapi bukan karena ayat tersebut sulit untuk dimengerti. Ayat tersebut semata-mata menyatakan apa yang tertulis. Masalahnya adalah hati .kita yang bimbang melihatnya sebagai sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Tetapi dalam hal ini Yakobus benar-benar realistis dan tidak mau berkompromi, seperti Yesus Tuhannya...
sarapan biblika.org